Penilaian bertaraf internasional ini dilakukan untuk tahu kebolehan siswa secara komprehensif, sekaligus iklim pendidikan di tiap-tiap negara anggota OECD (Organisation of Economic Co-operation plus Development).
Sebanyak 41 prosen siswa Indonesia dilaporkan dulu mengalami perundungan, setidaknya sebagian kali didalam sebulan. Persentase angka perundungan siswa di Indonesia ini berada di atas angka rata-rata negara OECD sebesar 23 persen.
Pada pas yang sama, 80 prosen siswa Indonesia mengaku wajib menolong anak-anak yang mengalami perundungan. Sementara sebanyak 17 prosen siswa mengaku kesepian. Laporan juga mencatat, sebanyak 21 prosen siswa Indonesia dulu bolos sekolah dan 52 prosen dilaporkan datang terlambat ke sekolah.
"Di banyak negara, bullying jadi alasan siswa untuk bolos sekolah. Sedangkan siswa yang menghormati sekolah dan terima bantuan yang besar berasal dari orang tua lebih kecil barangkali untuk bolos sekolah," selanjutnya bunyi info formal OECD.
Ilustrasi. Di banyak negara, bullying jadi alasan siswa untuk bolos sekolah. (Pixabay/DEZALB) Selain itu, laporan juga menyoroti iklim pertemanan antar-siswa di Indonesia. Sebanyak 57 prosen siswa di Indonesia mengaku saling berkompetisi satu serupa lain, berada di atas angka rata-rata negara OECD sebesar 50 persen. Sementara sebanyak 75 prosen siswa mengaku memiliki teman-teman sekolah yang koperatif.
Studi ini dilakukan pada 6 ribu anak berusia 15 th. berasal dari 79 negara OECD tiap-tiap tiga th. sekali. Kasus perundungan sesungguhnya banyak terjadi pada anak-anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, sebanyak 107 anak jadi korban perundungan di sekolah pada 2018 lalu.
Dampak yang ditimbulkan perundungan terjadi pada sebagian tingkat. Perundungan sanggup menurunkan stimulan seorang anak bersekolah, mencegah prestasi, tingkatkan agresivitas anak, sampai menimbulkan depresi. Jika tidak ditangani bersama baik, perundungan akan berpengaruh pada jaman depan anak.
Bagikan
Korban Bullying Penerima Beasiswa Sekolah
4/
5
Oleh
YukInternet